Dulu, aku hanya gadis biasa yang memiliki sejuta mimpi. Mimpi-mimpi besar yang selalu berhasil membuatku berpikir---ah bukan---mengkhayalkan hal setinggi langit yang takkan bisa diperoleh tanpa diiringi dengan usaha yang keras dan tentu saja berdoa. Aku ingin begini.. Aku ingin begitu.. Aku akan begini.. Aku akan begitu..
Sayangnya mimpi-mimpi besarku itu tidak diiringi dengan usaha yang setimpal. Padahal aku tahu bahwa jika aku menginginkan sesuatu yang besar maka usahaku haruslah berbanding lurus dengan mimpi-mimpi itu. Kau mau tahu mimpiku apa? Mimpiku adalah menjadi mahasiswa luar binasa. Mendapat beasiswa karena prestasi yang telah kutorehkan. IPK lebih dari 3,5. Lulusan terbaik dengan predikat summa cumlaude. Mendapat pekerjaan bergengsi dengan gaji yang pas-pasan. Pas mau beli mobil, cukup. Pas mau beli rumah, cukup. Pas mau naik haji, cukup. Simpel kan?
Mimpiku bukan hanya itu. Aku bermimpi setelah menjadi lulusan terbaik, aku mendapat beasiswa S2 ke luar negeri. Menguasai berbagai macam bahasa asing. Tour keliling dunia. Yang pasti mimpiku sederhana, bahagia dunia akhirat. Stop, jangan protes. Mau bilang mimpiku berlebihan? Kebanyakan? Aku tak peduli apa kata orang. Sah-sah saja bukan bermimpi setinggi langit? Hidup berawal dari mimpi maaaan. Mimpimu akan terwujud jika kau bangun dan berusaha mewujudkannya. Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu. Tahu itu quote dari siapa? Arai. Sang Pemimpi.
Di sini aku, sang pemimpi telah menyadari bahwa aku adalah dreamer yang tidak realistis. Aku bermimpi tanpa motivasi. Aku bermimpi tanpa terbangun dari mimpi itu sendiri. Aku bermimpi tanpa merealisasikan ambisi.
Untuk mengatasi hal itu aku mulai membangun motivasi. Jangan coba-coba menceramahiku, memberiku motivasi panjang kali lebar kali tinggi karena itu hanya akan masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Aku adalah seorang yang bebal. Itu artinya aku harus mencari sendiri motivasi itu.
Bertahun aku mencari motivasi internal, akhirnya aku mendapatkannya. Motivasiku adalah rasa iri.
Jangan berpikir ini adalah rasa iri yang negative sperti di sinetron televisi. Motivasiku ini lebih bergengsi dari sinetron-sinetron Indonesia di televise mas broh mbak broh. Rasa iri yang kumaksud adalah aku iri pada temanku yang berani mencoba belajar lebih lama dariku. Aku iri pada temanku yang capcus berbahasa asing. Aku iri pada temanku yang menjadi exchange student. Aku iri pada temanku yang bisa study abroad. Aku iri… Aku iri… itu sudah cukup untukku sebagai motivasi.
Karena dengan rasa iri itu aku lebih tertantang untuk mencoba belajar lebih lama dari temanku. Dengan iri itu aku menjadikan mereka sebagai patokan standarku untuk lebih maju. Dengan patokan itu setidaknya aku akan berusaha lebih keras. Setidaknya aku dapat sejajar dengan mereka.
Saat ini aku memang masih gadis biasa dengan sejuta mimpi pula. Bedanya aku yang sekarang adalah aku dengan sejuta mimpi dan berancang-ancang untuk mewujudkannya. Aku sudah menulis apapun yang menjadi mimpiku di sebuah buku yang paling sering kubaca. Karena dengan cara itu secara tidak sadar mimpi-mimpi itu akan memasuki alam pikiranku dan aku yakin satu persatu mimpiku itu akan terwujud. Yang perlu kulakukan hanyalah berusaha dan berdoa. Aku yakin usahaku takkan pernah mengkhianatiku. Dengan izin Allah, hasil yang kuperoleh akan setimpal dengan usaha yang telah kulakukan. Aksi=reaksi, masih ingat? Aku juga percaya Allah mengetahui seberapa keras aku berusaha.
Wait, I remember something. Usahaku pernah mengkhianatiku. Orang-orang berkonspirasi intuk menjatuhkanku. Tapi Allah telah membalasnya dengan hal luar biasa yang tak kalah indahnya. Tak perlu kusebut apa, yang pasti kau harus tetap percaya sebesar apapun rencanamu, itu takkan lebih baik dari rencana Allah untukmu. Karena everything happens for a reason, right?
Jalanku masih panjang walaupun aku tak tahu sampai mana batas umurku. Selama masih diberi umur dan kesehatan, aku akan terus mengejar mimpi-mimpiku. Biarlah jam tidurku berkurang, biarlah lingkar mataku bertambah hitam asalkan aku bahagia karena mimpi-mimpiku terwujud. I was born to be somebody.
Adakah yang berkomentar? “ah, mimpimu terlalu tinggi dan itu akan menyita waktumu. Kau akan kehilangan masa muda”. Mimpiku terlalu tinggi? Hei! Buat apa bermimpi jika mimpi itu hanya sekedarnya saja? Bermimpilah setinggi langit karena setidaknya mimpimu akan sampai di pohon kelapa. Jika kau bermimpi setinggi pohon kelapa, mimpimu akan stuck di rumput!
Dan… kehilangan masa muda? Oh come on! Apa sih masa muda yang akan kau lewatkan jika kau bermimpi? Kehilangan momen berpacaran? Jodohmu takkan lari sayangku. Sejauh apapun jika ia memang jodohmu pasti akan dipertemukan Allah kelak. Kau hanya perlu memelihara dirimu, memperbaiki dirimu maka jodohmu pun akan sama baiknya denganmu. Lelaki yang baik hanya untuk wanita yang baik pula, begitu juga sebaliknya.
Di samping berusaha kau tidak boleh lupa lupa untuk tetap berdoa. Di kala kau melangkah 1 langkah saja lebih dekat pada Allah maka Allah akan mendekat padamu 1000 langkah karena sesungguhnya Allah itu lebih dekat dari urat nadi.
Ini ceritaku. Ceritamu?
- Home
- No Label
- DREAMER
DREAMER
Subscribe via Email
Related Post
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "DREAMER"
Posting Komentar