Tragedi korupsi di negeri
ini seolah tak kunjung usai. Korupsi telah mengakar sedemikian hebatnya, tumbuh
subur di masyarakat tanpa dapat dibendung perkembangannya. Apa ada dengan korupsi
di Indonesia? Mengapa Indonesia yang terkenal akan adat baiknya, memiliki ‘budaya’
yang sangat tercela?
‘Budaya’ tercela dibangun
oleh banyak pihak. Tak hanya orang ‘besar’, orang ‘kecil’ pun bisa turut
berpartisipasi melestarikan karena memiliki mental korupsi sejak dini. Tanpa
dipungkiri, tanpa melakukan pembenaran sana-sini, aku menyadari bahwa selama
ini hal-hal kecil yang dianggap biasa pun bisa dianggap kerupsi. Sebut saja
titip absen, senjatanya mahasiswa yang terkadang malas kuliah menghadap dosen. Aku
sadar aku pernah melakukan, tapi aku berjanji akan memperbaikinya agar menjadi
generasi anti korupsi.
Intinya, aku, secara pribadi
akan melakukan tindakan cegah korupsi pada dua waktu; kini dan nanti. Kapan
lagi waktu terbaik untuk memulai kalau bukan saat ini?
Sumber : estubizi.com |
Di masa lalu, aku boleh
saja masih tak sadar bahwa telah banyak tindak korupsi di kehidupan sehari-hari
yang telah kujalani. Tapi kini, aku akan melatih mentalku agar baik alam sadar
maupun alam bawah sadar mampu secara tegas memerangi korupsi. Semuanya tentu
dimulai dari diri sendiri, bukan?
Kemudian, di suatu hari
nanti, tepatnya beberapa tahun lagi, aku akan berbisik tanpa bosan pada
orang-orang yang ada di istana kecilku nanti. Padanya yang merupakan imam di
masa nanti, setiap pagi akan kubisiki, “Aku dan anak-anakmu tidak butuh rezeki
hasil korupsi, rezeki halal hasil keringat dan kejujuranmu lah yang kami nanti”.
Aku juga tak akan lelah mengingatkan, bahwa aku akan berusaha untuk tidak
meminta macam-macam. Aku akan menerima dengan lapang hati, apapun rezeki halal
yang dibawanya sepulang kerja nanti.
Padanya yang merupakan
buah hati yang dianugerahkan Illahi, aku akan berbisik padanya nanti, “Nak,
ayah dan ibu tidak butuh hasil yang bukan merupakan jerih payahmu. Ayah dan ibu
akan sangat bangga padamu jika kau mampu berusaha semampumu tanpa lupa berdoa
pada Tuhanmu.” Sedari kecil, akan kuusahakan agar ia mendapat pendidikan dari
dua sisi, baik dunia maupun akhirat. Aku akan berusaha untuk tidak menuntutnya
hebat di segala bidang. Segala bisikan yang mampu membuatnya menjadi pribadi
dengan attitude baik akan terus
kulontarkan tanpa kenal bosan.
Padanya yang merupakan
diriku sendiri di masa depan nanti, aku akan bercermin dan bermuhasabah diri, “Untuk
apa kau bersusah payah melakukan sesuatu jika hasilnya tidak diridhoi Tuhanmu?
Segala sesuatu yang bukan hakmu, bukan milikmu mudah saja akan direbut kembali
tanpa menunggu izinmu. Saat itu terjadi, mau kau kemanakan harga dirimu? Mau
kau kemanakan ekspresi malu buah hatimu? Mau jadi apa keluargamu yang di dalam
dirinya mengalir darah dari makanan dan minuman haram?”
Pada praktiknya nanti, aku
akan mengajak teman-temanku melakukan hal yang sama. Teman-temanku akan
kuanjurkan mengajak teman-temannya yang lain juga melakukan hal yang sama
sehingga hasilnya akan dahsyat layaknya teori getok tular. Jika getok tular ini semakin luas jaringannya, maka
bukan tidak mungkin untuk menciptakan generasi dengan mental anti korupsi di
bumi Pertiwi.
Karena itu, biarkan kami
melakukan tindakan cegah korupsi dengan cara kami sendiri, yang dimulai dengan
keluarga kecil kami. Hanya ini, hal-hal kecil yang ‘ibu-ibu masa nanti’ dapat
lakukan untuk memperbaiki generasi yang memegang teguh prinsip anti korupsi. Jangan
remehkan usaha kecil dari kami, karena sejatinya hal-hal besar dimulai dari hal
kecil. Membangun generasi dengan mental anti korupsi sebaiknya dimulai dari
pembentukan akar agar maksimal, bukan dari batang maupun dahan.
Sekali lagi, biarkan Ibu
Pertiwi melahirkan generasi anti korupsi tanpa adanya intervensi.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Hari Anti Korupsi Internasional yang diselenggarakan KPK dan Blogger Bertuah Pekanbaru.
0 Response to "Hindari Korupsi dengan Bisik Sana-sini"
Posting Komentar